Kategori: Tidak Dikategorikan
-
Pendosa
Aku pendosa Mengemis, dalam iba yang dipandang sebelah mata Takut, kecil tidak berarti Aku pendosa, hilangkan taat untuk khianat Memilih pergi dari tinggal untuk mati Naluri memaksa aku untuk tetap seperti koloni Liar, brutal Mengais ampunan dalam sisa yang begitu memuakkan Aku pendosa Menitikkan air mata mutiara dalam kalut hati penuh emosi.
-
Menyerah
Cerita keteladanan membuat aku merasa mual Semua kurasa sudah cukup, aku ingin memuntahkannya Mual dengan apa yang ada padaku Memuntahkan semua yang menjadi milikku Bagaimana bisa? Atau hanya aku yang tidak bisa Terdiam bagai patung, mencerna tanpa memperoleh makna Dalam satu atau dua, mati menjadi lebih terpuji Belajar lebih banyak untuk mengerti tanpa berkuasa atas…
-
Selepas Salam
Di selapas salamAku tak bisa memelukmuTak ada cucuran kehinaanDoa-doa dihamburkan hampaTakbir pun terhentiPengagungan mengkhusyuk jabatanCiuman-ciuman tipuan diabadikanAroma parfum senandungkan pujianDi seusai salamMata tak lagi menangkap rinai sesalKekosongan mengalirkan jumawaAku merindumu di desah hujan
-
Pendosa
Dekap mendalamDegub binalDesah memecah celahDinding berbisik lirihPeluh mengucur binasaTerlena sesatKelam sesaatJangkrik terus mengeongTidak ada suara lain membelah kesunyianKasak-kusuk daun karena anginHawa sejuk lanjut merasukTerkapar di antara kilau bulan bintangTertusuk nyeri embun yang tak kunjung redup
-
Saripati Diri
Belajar pada anginBerdaya menyentuh segalaTanpa tunjukan rupaMenghalau panas dan lukaAtau hangatnya apiPada nyala kecil lenteraBias cahaya terangi semestaBahkan kobarannya sebagai penandaBabak baru siklus manusiaTanahpun sering menasiahatiBahwa memberi adalah baktiMeski harus kikis saripati diri
-
Kembali Subur
Lihatlah kasih langitCurahan hujan basahi bumiTanah basah kembali suburDengarlah nyanyian katak bersenandungSenyum petani menanam benihKelakar bocah main hujan-hujananMurung sang ibu cucian belum kering
-
Santun Rindu
Mega kelabuMenyapa santun rinduSeburat angan terlintas depankuMenanyakan kerisauan hatikuSemakin pekat hitam megakuGerimis berdatangan singgahi bumikuPijak kaki tak terjejaki langkahkuRinai hujan memburu sepikuAsap tebal tutupi jalankuSetapak jingga temanikuBerjejak gulana kalbukuMenyusuri rindu padamu
-
Kicauanku
Badai mencumbuiJiwa beraga namun membekuPada deraian hujan membasahi kalbu Malam mulai menghampiriRaguku untuk menggrogotiMampu kah diri berlayar sendiri, saat sepi menghantuiOmbak membelai Desiran angin menggontaikan langkahkuHangatnya mentari menambah baraJiwa bercinta dengan lara yang berbalut lukaIngin ku lari berbagi duka yang menepiDirimu tak jua menghampiri
-
Aksara Jaga
Tidur terjaga,terjaga dalam tidurDipeluk rembulan di alam membiru Desiran angin menggontaikan langkahkuHangatnya mentari menambah baraTangis air mata saksi sebuah ketulusanDari harapan yang mengakar binar nurani Jiwa bercinta dengan lara yang berbalut lukaIngin ku lari berbagi duka yang menepiDirimu tak jua menghampiri
-
Kudamba
Rindu menyayat jiwaLangit sunyi,nan suram Kicau burung iringi cakrawalaMeradang jiwa, senduBinar mentari nan tenggelam Mega merona jinggaSeakan membisik rinduMenanti penglipur laraRiuh angin lambaikan daun senja Sampaikan rinduku padanyaHanya dia yang kudambaMoga abadi sampai ujung nyawa
