-
Hati Yang Hilang
Mencoba memutar kembali memoriDimana saat itu cinta menyatukan hatiDimana saat itu kasih sayang selalu berbagiUcapnya cinta sampai matiNamun, malah terkhianatiCinta itu kehilangan hatiTersisa hanya janji. Mata tak henti tumpahkan airnyaHidung memerah kalahkan pipi meronaIsak tangis beradu dengan degub jantungnyaAda sayatan luka dalam jiwanya.. Ku coba tegarkan kembaliHati yang terusik iniKuat meski sendiriTanpa ada hati lain…
-
Seberkas Sinar
Merangkak Aku memotong jari kaki, menegakkan tubuh lengkung Menahan lapar hingga kulit ini terasa lezat dalam satu jilatan lidah rakus Perih semakin menjadi Darah mengucur seperti ingin membuat prasasti Untuk tempat yang pernah tersinggahi dengan hati tercabik Ia datang lagi, memungut dan lemparkan aku ke tempat asing Sampai dengan denyutan nadi yang kian melemah Udara…
-
Menuju Yang Terakhir
Terjalin semua untai dari pita yang berwarna dalam masa berbeda Satu untai untuk satu abad waktu sebelum itu Terkabur dalam pilihan jenis warna yang nyaris sama Satu kotak terakhir beka perbekalan telah aku habiskan untuk menguntai anyaman kisah Sebuah simpul kunci kau tarik kasar Hingga semua berbaur Seperti daun berguguran berserakan tanpa kendali Menuju titik…
-
Jalan Yang Ku Benci
Mengenai jalan berbatu memang telah kita sepakati sebelum perjalanan panjang ini Juga kemungkinan lava mengikuti kelokan gunung melalui jalur kita Atau tentang salju turun lebat, dan kita tidak punya tempat penghangat Hanya sebatas itu bukan Lantas kenapa meski begini Kau bilang perjalanan ini untuk kita Lalu kau ciptakan jarak terpelihara agar aku bisa luas menari…
-
Memilih
Terbesit tanya semesta mengenai kartu untuk tempat berikutnya Merah, kuning dan hijau Maju atau berbelok Terdiam, membiarkan semua mempengaruhi kesadaran Benar dan salah seakan menjadi samar seketika Cahaya menjalar menjadi gelap Tinggalku tidak ada penghargaan Dan langkah pergi yang kau cegah Mungkin melebur hilang adalah satu cara terbaik.
-
Tidak Hanya Aku
Kenangan akan duka cita mana yang lebih mengerikan Dari hati yang tidak lagi utuh untuk terus mempertahankan sekali nafas Dalam tarikan duka kian lebar senyum yang menipu Wajah bertopeng sebagai penyamar Purnama menerangi bumi tepat diatas kau dan bukan bersama aku Cukup celas untuk tunjukkan semu rona pada diri seolah sangat lugu Langkah detakan arloji…
-
Percuma Maka Lepaskan
Sedikit percik menyulut kebakaran yang besar Satu titik melebar membuat blok kekuasaan Duka melejit menjadi hujan berbatu Menumpahkan darah, ricuh menyelimuti diri Tidak ada yang ikut turut Tidak ada yang ikut merasa meski mereka memiliki hati Dan tidak ada sahabat pengurang nyeri Derita diri pada keputusan tidak tahu terimakasih.
-
Dalam Takjub
Tidak, aku tidak tertarik kepadanya Hanya dua buah permata sama rupa Aku tidak melihat yang sama Ke pada ke dua permata yang bersinar sebagai pertanda Kagum ku tidak terpaku pada bagian itu Menyeluruh, lebih mengena Tidak hanya pada dua bola mata Namun, menilik sampai jauh pada hatinya.
-
Kantong Lemah
Berbahagialah Kalian yang memiliki kantong utuh kebahagiaan tidak terbagi Membawa tawa lekat dan tidak akan menjauh Mengering air mata karena suka di setiap waktunya Berbahagialah Bila kantong itu bukan berisi remah Tapi satu di dalam kesatuan hidup yang padu Tidak menyeret beban tanpa peluh bercucur Berbahagialah Untuk sekantong penuh Tanpa retak, tanpa koyak.
-
Amarah
Kejar-mengejar tanpa jeda Mengular melewati semua yang bisa ia lenyapkan Mengupas misteri dalam kotak sirkus tanpa lelucon Mawar di tangan muncul duri dan melukai Cerita ini soal dendam tidak hanya mengenai aku Permohonan yang hilang tertelan rasa amarah yang lapar Rata sudah kalian tidak ada Aku kembali tenang seakan tidak terjadi apa-apa.
